Pdt. Emy: Orang Muda Adalah Kelompok Potensial, Bangun Kedamaian Rubah Perspektif

Berita-Cendana.Com - Kupang,- Pdt. Emy Sahertian kepada wartawan bahwa  orang muda adalah kelompok potensial untuk membangun kedamaian dan merubah perspektif keberagaman dan sebagai pilar pembangunan bangsa Indonesia. Demikian disampaikan pada saat Camp orang muda lintas agama di Taman Wisata Boneana Desa Oematnunu Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang pada Sabtu, 5/10/2024.


“Kita tahu hingga saat ini isu yang hangat adalah keberagaman dan itu sangat dinamik bahkan justru menimbulkan konflik maka dengan kompak kita mencoba membuat perkumpulan orang muda untuk sharing pengalaman bagaimana hidup di Indonesia yang penuh dengan banyak keberagaman,”.


Namun keberagaman itu kemudian dimanipulasi menjadi suatu isu yang luar biasa yang menimbulkan konflik sehingga dampaknya besar yang berakibat pada perpecahan padahal panggilan kita adalah bersatu menjadi bangsa yang kuat hidup dalam perdamain dan keadilan bahkan saling membutuhkan meskipun berbeda. Kelompok muda saat ini adalah kelompok lintas iman dengan berbagai segmen yang kemudian menjadi pembawa damai bagi kelompok lain, tegas Pdt. Emy.

 

“Ada banyak isu-isu atau konflik-konflik yang timbul misalnya pembangunan gedung ibadah, yang paling terkenal yang saya ikuti bersama Kompak adalah masjid Batu Plat. Waktu itu disitulah teman-teman Kompak hadir, mereka masih muda dan mungkin tidak dihitung tapi mereka punya potensi dialogis anak-anak muda yang mewarnai dialog itu sehingga konflik itu bisa selesai, jelasnya.


Berikut juga ada beberapa konflik yang di daerah perbatasan itu juga antar denominasi yang sampai hari ini teman-teman Kompak dan Kompas terlibat untuk mengadvokasi masalah tersebut. “Kami tidak berorientasi pada hasil yang selesai tapi berorientasi pada penyiapan-penyiapan kondisi agar perdamain itu mulai terlihat dan itu dimulai dari gerakan anak muda, kenapa yang muda karena yang tua-tua kadang-kadang  terlalu militan dan agak sulit maka anak-anak muda ini kemudian menjadi segmen yang potensial untuk membangun perdamaian,” kata Pendeta Emy.


Lanjut Pdt. Emy terakhir bersama kompak berhasil berjuang membuat peraturan walikota untuk pembangunan rumah ibadat dan itu cukup berdampak pada beberapa pembangunan rumah ibadat yang ada di Kota Kupang misalnya rumah ibadah Umat Budha.


“Kami berharap itu akan menjadi pembiasan sehingga bukan sekedar naskah diatas kertas tapi itu akan menjadi budaya. Kita tahu kadang-kadang ada regulasi juga yang tanpa sadar diterapkan dan menimbulkan konflik. Karena itu teman-teman muda sangat kreatif untuk membuat regulasi yang lain yang memang itu untuk pembangunan di Kota Kupang,”.


Kami juga sama-sama mengawal isu-isu misalnya perdagangan orang, isu-isu ketidakadilan sosial, kekerasan berbasis gender. Pertemuan anak-anak muda yang ikut terjun dalam isu-isu tersebut merubah narasi-narasi kekerasan menjadi narasi damai dengan berbagai program baik melalui media sosial, youth Camp, dan juga berbagai kegiatan-kegiatan yang nuansanya anak muda. 


Konflik-konflik yang ada saya sebut konflik arena, seolah olah ada narasi mayoritas minoritas yang sedang berebutan arena dan arena itu kemudian dimanipulasi sebagai klaim tentang benar tidaknya agama-agama dan disitu anak muda adalah generasi yang akan meneruskan gerakan perdamaian sebagai basis dari pembangunan manusia. 


Indonesia sebagai masyarakat beragama. Anak mudanya sebagai aktor yang potensial untuk membangun Indonesia. Saya pikir semangat sumpah pemuda itu adalah semangat yang membuat Indonesia ini bersatu. Karena pemuda yang ada itu dari berbagai segmen agama maupun etnis dan keberagaman 


Kita dibentuk oleh Tuhan sebagai orang kuat dan kokoh dan jangan mau diadu untuk memecah belah bangsa dan biasanya kelompok agama yang paling rentan. Karena itu saat ini bersama-sama dengan teman Kompak kami ingin supaya ada konsolidasi anak-anak muda yang potensial agar menjadi pilar-pilar perdamain, keakraban dan kekompakan untuk keutuhan bangsa. 


Kota Kupang adalah kota toleransi tapi ada kerikil-kerikil yang membuat konflik misalnya tahun 1998 itu adalah konflik berbasis agama yang cukup keras yang berdampak pada daerah seolah-olah apa yang dilakukan adalah saling balas dendam. Kompak ada disitu lalu ada juga konflik-konflik yang lain misalnya pembangunan gedung ibadah.



Pada momentum yang sama Ketua panitia Iskandar Wutun kepada media bahwa Camp Orang Muda Lintas Agama kepada anak muda agar dapat memberi pemahaman dan  toleransi kepada orang muda untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai peacemaker, ucapnya.


Lanjutnya bahwa kegiatan camp orang muda lintas agama berlangsung selama tiga hari terhitung 4-6 Oktober 2024. Youth Camp berlangsung dengan tema “Kolaborasi Peacemaker dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan yang inklusif aktif tanpa kekerasan,”. 


Tujuan dari kegiatan tersebut untuk membentuk keakraban satu kelompok dengan kelompok yang lain. Kegiatan yang dilaksanakan yakni memperkenalkan keberagaman dan konflik, fashion show, materi kebebasan beragama dan berkeyakinan, Lintas alam, api unggun dan refleksi diri dan diakhir kegiatan menyatakan komitmen sebagai peacemaker. 


Tujuan kegiatan agar orang-orang muda tidak hanya fasih dengan orang-orang yang satu kelompok namun dapat berbaur dengan kelompok yang lain dengan isu yang lain agar tidak ada tendensi siapa paling benar dan siapa tidak benar, kemudian mereka bisa leluasa untuk mendiskriminasi kelompok lain. Selain itu biar ada banyak cerita orang muda tentang kedamaian dan menjaga toleransi. 


Diharapkan kurang lebih 80-an orang ini kemudian menjadi focal point di kelompok mereka masing-masing dan kemudian menjadi agen yang tidak terpengaruh oleh apapun. 


Perlu diketahui Komunitas Peacemaker Kupang (KOMPAK) merupakan komunitas orang muda lintas agama yang konsen sejak 2012 hingga sekarang fokus pada kerja-kerja merawat kerukunan dan mengajak semua pihak dari berbagai keyakinan agama dan latar belakang agar bisa saling berbagi nilai-nilai kerukunan dan merawat keberagaman dengan penguatan kapasitas orang muda, kampanye, berjejaring dan advokasi.


Selain itu kerja-kerja KOMPAK seperti bersinergi dengan pihak lain dan membuat Peraturan Walikota No 79 tahun 2020 tentang fasilitasi pembangunan rumah ibadah di Kota Kupang, jelas Iskandar Wutun.


Salah satunya konflik yang diselesaikan dan diadvokasi oleh Kompak yakni pembangunan Mushola di Boentuka- TTS dalam perjalanan selama 8 tahun bisa akhirnya bisa selesai.


Sekarang sedang mengadvokasi sekolah-sekolah untuk mendorong sekolah agar punya kebijakan dan punya perspektif tentang keberagaman dan toleransi.(*).


0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot