Tanggapi Peristiwa Intoleran, PMKRI Jakarta Pusat Adakan Diskusi Publik


Berita-Cendana.Com- Jakarta,- Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jakarta Pusat melaksanakan diskusi publik untuk menanggapi Peristiwa Intoleransi di Jakarta Pusat diskusi tersebut terlaksana di Aula Margasiswa PMKRI, Jalan Sam Ratulangi Jakarta Pusat, pada (12/05/24).


Tema diskusi yakni “Toleransi antar umat beragama; mempertahankan persatuan bangsa”. Kegiatan ini dilakukan untuk menanggapi  peristiwa intoleransi yaitu pembubaran mahasiswa yang sedang mengadakan ibadah doa Rosario oleh masyarakat dipimpin RT setempat pada Minggu, 5 Mei 2024 yang lalu.


Disampaikan dalam sambutan oleh Ketua Presidium PMKRI Cabang Jakarta Pusat Maria A. Salvatrix Ega Lein (12/05) “Kegiatan ini kami laksanakan untuk memberikan pemahaman mengenai toleransi dan penerapannya untuk menciptakan persatuan dan mencegah adanya konflik antar umat beragama di kemudian hari seperti salah satu kejadian intoleransi yang terjadi 5 Mei yang lalu di Tangerang Selatan,”.


Romo Antonius Suyadi selaku Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Jakarta yang menjadi salah satu narasumber menerangkan “Toleransi bukan hanya sebatas memberikan orang lain bebas memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai agama yang dipeluk tetapi lebih dalam daripada itu yakni kebesaran hati untuk menerima perbedaan, saling terlibat untuk mendukung dan berjalan bersama dengan kelapangan dada,”.


Beliau berharap semuanya bisa lebih terbuka untuk memahami orang lain dan membuka diri untuk berdialog dengan sesama sehingga dapat memberikan pemahaman satu sama lain terhadap perbedaan masing-masing, karena Gereja Khtolik sendiri mengakui adanya kebenaran lain diluar gereja.


Romo juga menambahkan, bahwa tugas penting dari tokoh agama dan pemerintah juga untuk memberikan wawasan toleransi dari tingkat nasional sampai ke perangkat negara yang paling bawah seperti tingkat RT dan RW sehingga tindakan intoleransi tidak terjadi lagi, ungkapnya.


Lanjut, Bung Azzuhri Rauf PJ Himpunan Mahasiswa Islam Jakpustara mengatakan pelaku intoleransi sebenarnya adalah orang-orang yang belum benar-benar memahami ajaran agamanya sendiri.


Intoleransi terjadi karena tidak ada tokoh yang dapat menjadi public figure yang tepat untuk menunjukan penerapan toleransi, ujarnya.


Harapannya peserta yang hadir dalam diskusi tersebut dapat menjadi tokoh toleransi antar umat beragama. Karena Pendidikan sekarang  dari  tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah pada saat pelajaran agama masih dipisah dan baru di tingkat teori, pungkasnya.


Ia juga sangat berharap kedepan diadakan kelas gembira dimana siswa diajarkan untuk bertoleransi dan menerima perbedaan.


Pada diskusi tersebut juga hadir Ketua Bimas Katolik Provinsi DKI Jakarta Anton Sinaga, ia mengatakan bahwa toleransi dapat terapkan jika  umat beragama benar-benar memahami agama karena semua agama mengajarkan kebaikan.


Intoleransi dapat terjadi karena sosialisasi mengenai toleransi ini belum mengakar sampai bawah. Intoleransi masih terjadi meskipun sudah diterapkan ajaran agama mulai dari pendidikan dasar karena buku-buku pelajaran yang sekarang beredar banyak yang mengutip ayat dari Kitab Suci tidak secara keseluruhan sehingga dapat disalah tafsirkan akibat keluar dari konteksnya, bebernya. 


Buku-buku agama yang beredar harus dilakukan pemeriksaan kembali dan menarik buku-buku yang berisikan  kekerasan, pornografi, radikalisme, tegasnya.


Beliau berharap kedepannya semakin banyak kegiatan lintas agama dan kegiatan-kegiatan positif seperti diskusi publik ini terus diadakan secara berkala dan dipublikasikan sehingga dapat menjadi contoh penerapan toleransi antar umat beragama dalam lingkungan masyarakat, tutupnya. (*).

0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot