Keterangan Foto: Kolonel Simon Petrus Kamlasi ketika dalam sebuah seremoni di STIPER Flores Bajawa, Rabu (1/5).
Berita-Cendana.Com- Bajawa,- Kolonel Simon Petrus Kamlasi dalam jabatannya sebagai Kasrem 161/Wira Sakti Kupang, memberi kuliah umum yang sangat menginspirasi di Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER FB), Rabu (1/5/2024).
Tampil di atas podium, Kolonel SPK, demikian disapa, sangat bersemangat. Sangat wajar dia menyampaikannya dengan penuh semangat, karena SPK membagikan apa yang sudah dia lakukan di ratusan titik di Provinsi NTT. SPK terkenal sosok pekerja keras, cerdas dan kerja cepat, dia tak kenal lelah masuk keluar kampung untuk mendengar langsung dari masyarakat, apa yang mereka butuhkan.
Dalam kuliah itu, Kolonel Simon menyoroti peran krusial pemuda dan mahasiswa dalam membangun NTT, dengan fokus pada perspektif Bela Negara, Cinta Tanah Air, dan pertanian digital.
Dr. Rony Neto Wuli, S. Fil, M. Han, bertindak sebagai moderator dalam kegiatan ini yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Ketua DPRD Ngada Bernadinus Dhey, Ketua Pengadilan Negeri Bajawa Theodora Usfunan, S.H., M.H., dan Dandim 1625/Ngada Letkol Czi Deni Wahyu Setiyawan, S.H.
Sebagai simbol kegiatan tersebut, STIPER FB memberikan buku berjudul "Filsafat Perdamaian" karya Eric Weil kepada Kolonel SPK. Kuliah ini tidak hanya membahas isu-isu umum, tetapi juga mengajak para hadirin untuk melihat pemuda sebagai penggerak utama dalam pembangunan NTT.
Kolonel Simon menekankan pentingnya inovasi, kepemimpinan, dan semangat berbagi sebagai kunci kontribusi pemuda dalam memajukan potensi daerah. Konsep Bela Negara dan Cinta Tanah Air menjadi fokus utama. Bela Negara bukan hanya tentang patriotisme, tetapi juga dukungan nyata terhadap keamanan, kedaulatan, dan kesejahteraan bangsa. Cinta Tanah Air, di sisi lain, menunjukkan kecintaan yang menginspirasi tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat lokal. Pertanian berbasis digital juga mendapat sorotan khusus.
Kolonel Simon melihat transformasi digital dalam pertanian sebagai paradigma baru yang harus diadopsi dengan serius. Pemuda diharapkan menjadi motor penggerak dalam mendorong adopsi teknologi, membangun kemandirian pangan, dan meningkatkan efisiensi produksi.
Meski demikian, tantangan infrastruktur, aksesibilitas, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia masih perlu diatasi. Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat, harapan untuk NTT yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan bukanlah sekadar impian.
Kuliah umum, bukan hanya sekedar diskusi, tetapi ajakan untuk tindakan nyata. Pemuda dan mahasiswa diminta untuk terlibat aktif dalam pembangunan NTT, khususnya dalam bidang pertanian digital. Harapan bersama untuk menciptakan ekosistem pertanian yang inklusif dan berkelanjutan harus menjadi komitmen bersama, untuk masa depan yang lebih baik bagi NTT dan Indonesia. Menariknya lagi, ada sesi tanya jawab yang melibatkan Kolonel SPK dengan tiga orang penanya, menambah keinteraktifan dalam acara tersebut. (IST).
Posting Komentar