Berita-Cendana.Com - Kupang,- Ikatan Keluarga Besar Ngada (IKADA) di Kota Kupang gelar syukuran adat Reba di GOR Oepoi pada Sabtu (10/2/2024).
Syukuran adat Reba adalah perayaan tradisional tahunan untuk merayakan tahun baru adat, syukur atas hasil bumi yang telah diperoleh selama setahun serta penghormatan terhadap leluhur dan perayaan persatuan dalam rumah adat dan suku.
Reba dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan adat dimulai dengan Reba Bena dan berakhir Reba Loga. Seluruh masyarakat Ngada yang berdomisili di Kota Kupang sangat berantusias dan terlibat aktif dalam syukuran adat Reba.
Syukuran Reba merupakan upacara ritual yang paling besar karena semua anggota keluarga warga Sao (Ana Sao) atau warga suku secara sukarela atau atas kemauan dan kesadaran sendiri datang dari seluruh penjuru wilayah berkumpul di rumah merayakan Reba secara bersama- sama. Secara umum tata urut Reba ada adalah Kobe Dheke, Sedo Uwi, dan Su'i Uwi untuk seluruh wilayah di Ngada.
Kobe Dheke merupakan malam reuni keluarga bertujuan semua Ana Sao berkumpul untuk bernostalgia, bertemu melepas rindu, dan makan bersama setahun sekali. Sedangkan Sedo Uwi adalah tarian tanda khusus pada perayaan Reba, seni pertunjukan massal tersebut dilaksanakan oleh seluruh masyarakat mulai dari anak-anak, orang muda, maupun orang tua. Su'i Uwi dilakukan malam berikut setelah Sedo Uwi.
Ketua panitia syukuran Reba, Paulus Bhuja
menyampaikan bahwa Reba yang digelar di GOR Oepoi bukan hanya dihadiri etnis Ngada tetapi dihadiri semua etnis di NTT dan tidak ada diskriminasi etnis dalam acara tersebut.
Dewan kehormatan IKADA, Josef Nai Soi juga menyampaikan bahwa Reba sudah diakui oleh UNESCO, juga diakui sebagai warisan intelektual budaya di Indonesia.
“Syukuran Reba bisa mengajarkan kita untuk saling berbagi saling memaafkan saling menyapa, saling mengingatkan, saling mengajak dan saling menghargai dan saling menghormati. Ada istilah KA PAPA FARA INU PAPA RESI artinya makan bersama, minum bersama,”. (*).
Posting Komentar