Jokowi Sudah Pengkhianat Reformasi Sejak Prabowo Masuk Kabinet 2019


Berita-Cendana.Com- Jakarta,- Meski mereka berlima pernah demo tolak Prabowo masuk kabinet Jokowi 2019. Aksi demo itu, mereka melakukan sebanyak dua kali, yaitu tanggal 22 dan 25  Oktober 2022 disaat Jokowi selesai dilantik. 


Beberapa media nasional meliput aksi tersebut, seperti Kompas, CNN, Detik, Antara, Kumparan, Tribun dan beberapa media lainnya.


Demo tersebut dilakukan menyikapi pernyataan Jokowi mengajak Prabowo Subianto masuk kabinetnya. Waktu itu, Aznil Tan juga diundang ke Istana pada acara syukuran pelantikan Jokowi sebagai presiden kedua kalinya. Jokowi lalu menyampaikan niatnya mengajak Prabowo.


Aznil Tan pun kaget dan syok mendengar pernyataan Presiden Jokowi tersebut.  Karena kesibukan Jokowi malam itu, mereka tidak ada kesempatan berdialog untuk mengkritisinya. Mereka hanya disuruh foto-foto.


Besoknya Aznil Tan mengajak teman-teman untuk protes ke Jokowi dengan cara demo. Karena aksi ini spontanitas, mereka hanya berlima sepakat melakukan aksi. 


Para aktivis melakukan aksi tutup mulut sebagai bentuk kekecewaannya dari Aktivis '98. Mereka mengenakan masker yang bertuliskan 'Tutup Mulut'.


"Melihat kondisi terjadi saat ini, kami para aktivis 98 harus turun secara spontanitas menyampaikan pesan kami kepada Pak Presiden, bahwa kami aktivis 98 dari dulu telah berkomitmen. Bahwa di dalam pemerintahan Jokowi atau pemerintahan siapa pun, kami harus lawan orang-orang yang melanggar HAM," ujar saya  ke media.


"Prabowo itu adalah pelanggar HAM, harus tuntaskan dulu, harus clear-kan dulu. Itu agenda kami sebagai aktivis 98, dari dulu kami kawal," ujar saya lebih lanjut sebagai Koordinator "Aktivis 98 Menolak Prabowo,".


Aznil Tan melanjutkan, bahwa masuknya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi juga bisa membuat demokrasi rusak. Check and balance-nya tidak bagus. Jadi demokrasi tidak sehat. 


Pada aksi kedua tanggal 25 Oktober 2022. Aktivis 98 sekitar 5 orang menggelar aksi kembali di Taman Pandang seberang Istana Kepresidenan, Jakarta. 


Mereka melakukan aksi tidur di Taman Pandang seberang Istana Kepresidenan, Jakarta, Sekitar pukul 16.15 WIB.


membentangkan poster bertuliskan "Tolak Pelanggar HAM", "Tolak Orba", "Jangan Khianati Reformasi" dan  ‘Berbagi Lapak Rusak Demokrasi’.


Kemudian sekitar pukul 16.30 WIB lima orang itu mulai merebahkan badan mengelilingi poster tersebut.


Aksi tidur mereka memberi pesan ke Jokowi bahwa para Aktivis '98 tidak tidur terhadap pelanggaran HAM.


Meski Aznil tercatat sebagai Koordinator Nasional Relawan Jokowi Poros Benhil tapi kejengkelan dirinya pada Jokowi semakin memuncak karena merasa dikhianati.


Jokowi yang diagungkan sebagai representatif anti Orde Baru, karena jauh dari praktik nepotisme, feodalisme, dan militerisme. Namun di periode kedua Jokowi malah mengajak bergabung aktor utama pelanggaran HAM pada aksi reformasi 1998.


Prabowo diduga bertanggung jawab atas penculikan aktivis pada tahun 1998 yang dilakukan oleh Tim Mawar. Saat itu Prabowo menjabat Komandan Jenderal Kopassus. Karena kasus tersebut, Prabowo dipecat dari militer beberapa saat setelah diangkat menjadi Pangkostrad.


"Kami minta pecat Prabowo. Jangan mengkhianati teman-teman kami yang mati dibunuh, mati diculik, hilang sampai sekarang. Harus dipertanggungjawabkan dulu. Rekonsiliasi bukan berarti bagi-bagi kekuasaan," orasi saya menyuarakan tuntutan mereka.


Para aktivis juga mengingatkan Jokowi bahwa pemerintahannya saat ini berkat perjuangan para aktivis mendesak reformasi.


"Jokowi harus tahu. Bagaimanapun Jokowi terpilih jadi presiden secara demokrasi, adalah berkat hasil reformasi yang kami perjuangkan. Jangan sombong sudah berkuasa," tutur saya ke media.


4 tahun kemudian, ternyata dugaan Aznil semakin menguat bahwa Jokowi seorang pengkhianat reformasi. Ternyata pengangkatan Prabowo sebagai menterinya harus dibayar dengan menggandeng anaknya sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2024.


Jokowi berpikiran cerdik. 

Prabowo yang sudah uzur, 2029 atau pertengahan jalan bisa digantikan oleh anaknya sebagai presiden. 


Tentang anaknya belum memenuhi syarat maju sebagai capres/cawapres, Jokowi memanfaatkan iparnya sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi untuk merubahnya. 


Jokowi memang bukan seorang yang berasal dari jenderal. Bukan berasal dari anak konglomerat. Bukan berasal dari darah biru. Bukan berasal dari aktivis pergerakan kemanusiaan, budaya, sosial  atau tokoh politik.


2014, dia memang lahir dari kemuakan rakyat pada elit-elit politik yang pongah dan malas bekerja ke bawah.


Bertampang wajahnya yang polos. Wajah yang ndeso dan bukan pembawa gagasan besar atau seorang aktivis pergerakan. 


Dia memang bukan seorang yang tahu sejarah peradaban manusia. Bukan seorang datang membawa perubahan besar dalam mengusung sebuah ideologi untuk menjawab persoalan berbangsa-bernegara. Dia hanyalah seorang yang tekun bekerja yang tidak begitu paham kompleksitas bernegara dan peradaban umat manusia.


Keluguannya itu, sekarang menjadi monster demokrasi. Seorang yang berpotensi memecah-belah persatuan Indonesia atas praktik politik dinasti dan Nepotisme dilakukannya. Keluguannya itu, dia menganggap dirinya bak raja berkuasa di negara republik ini.


Bagi dia, bagaimana berkuasa. Persetan  nilai-nilai negara Republik Indonesia ini. 


Tidak perlu tahu, apa itu Pancasila? Apa itu negara kesatuan? Apa itu demokrasi? Apa itu reformasi? Apa itu nilai-nilai pendirian negara republik ini?


Dengan permainan watak dimainkan sekarang, mampukah dia mengalahkan para penjaga republik ini bertekuk lutut padanya? Rakyat akhirnya menyetujui anaknya pada Pilpres 2024 sebagai pewaris tahta kerajaan Jokowi.


Sebelum itu terjadi. Ayo sadarkan rakyat!

Rakyat Bersatu Tidak Bisa Dikalahkan.(*).

0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot