Berita-Cendana.Com- Jakarta,- Banyak yang belum tahu sejarah, kenapa TKI yang sekarang dikenal PMI disebut Pahlawan Devisa? Kenapa TKI/PMI ini tidak disebut 'penghasil devisa' saja, bukan dengan menyematkan kata 'pahlawan'. Apakah menyebut PMI/TKI sebagai Pahlawan Devisa hanya merupakan ungkapan lebay saja ?.
Tidak ! Sebelum membahasnya, mari kita bahas dulu, apa itu devisa?.
Devisa adalah mata uang negara lain masuk ke Indonesia. Ini terjadi akibat transaksi perdagangan antarnegara. Sebagai alat pembayaran antar negara tersebut disepakati mata uang digunakan dan diterima oleh dunia internasional.
Di negara Indonesia, mata uang negara lain yang diakui sebagai alat transaksi adalah Dollar Amerika, Ringgit Malaysia, Euro (negara Eropa), Riyal (Arab), Yen (Jepang) dan lainnya.
Transaksi perdagangan internasional ini tidak bisa dihindari, karena suatu negara dengan negara lain saling ketergantungan. Terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, energi, konstruksi, transportasi, hiburan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Semakin besar suatu negara mendapatkan devisa, semakin kuat ekonomi negara tersebut.
Negara yang minus devisa mudah terdampak krisis moneter. Harga-harga akan melambung naik. Hal tersebut pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997, yaitu krisis moneter.
Negara Indonesia ketergantungan produk luar dan diperparah cadangan devisa dalam negeri yang minus membuat ekonomi Indonesia ambruk. Hutang Indonesia ke negara luar yang jatuh tempo pembayarannya, tetapi Indonesia tidak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk membayarnya.
Hukum transaksi perdagangan global berlaku adalah pinjam dollar - bayar dollar, maka hutang Indonesia mesti dibayar dollar.
Untuk itu, Indonesia mesti membeli dollar untuk membayar hutang pokok berkisar 138 miliar dollar AS plus bunga. Sementara cadangan devisa hanya senilai 14,44 miliar dolar AS yang dimiliki Indonesia jauh dari cukup untuk membayar hutang, apalagi beserta bunganya.
Karena tingginya permintaan pasar, harga dollar AS pun langsung melambung tinggi. Biasanya, nilai tukar 1 dollar AS berkisar Rp 2.300-an, tiba-tiba naik tajam mencapai Rp 16.500-an. Akibat kenaikan kurs dollar ini mengakibatkan pembengkakan hutang Indonesia berlipat-lipat ganda.
Ekonomi Indonesia lumpuh dan gejolak sosial terjadi dimana-mana. Negara Indonesia diambang kehancuran dan terpecah-pecah.
Disaat kondisi Indonesia krisis tersebut, datanglah TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang diperkirakan berkisar 6 juta orang menyebar berbagai negara ikut menyelamatkan ekonomi Indonesia.
Para TKI berbondong-bondong mengirim uang hasil keringatnya ke negara asalnya, Indonesia. Gerakan TKI ini diperkirakan lebih 2 miliar dolar AS per bulan masuk ke Indonesia dari TKI/PMI yang bekerja di luar negeri.
Disinilah sejarah TKI atau PMI disematkan sebagai PAHLAWAN DEVISA. Meski tidak tercatat dalam sejarah, namun atas aksi gerakan TKI tersebut telah berjasa menyelamatkan Indonesia dari krisis moneter dan perpecahan.
Dari sejarah tersebut, seharusnya pemerintah sadar-sesadarnya untuk memperkuat potensi ketenagakerjaan luar negeri ini sebagai sektor andalan devisa buat Indonesia. Apalagi memperluas lapangan pekerjaan keluar negeri dibutuhkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri, maka merebut lapangan pekerjaan di luar negeri menjadi tanggung jawab pemerintah dan mesti dikelola oleh orang yang handal.
Mala mirisnya, penempatan PMI dikelola oleh pejabat pemerintah dengan kedangkalan perspektif dan mindset. Fakta dilapangan dunia pekerja migran mengalami kelesuan penempatan dan akhirnya banyak memilih berangkat secara unprosedural.
Selain itu, banyak juga bursa kerja di luar negeri tidak digarap maksimal dan hilang percuma direbut negara lain, seperti negara Filipina, India, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Nepal dan lain-lain.
Bonus demografi dimiliki Indonesia sampai 2035 yang mana menjadi peluang Indonesia berekonomi kuat akan jadi sirna bila tidak disalurkan menjadi produktif. Tidak semua negara mempunyai sumber daya manusia yang melimpah dan bonus demografi itu cuma terjadi sekali dalam sejarah.
Beberapa kali Presiden Jokowi mengingatkan bahwa tidak beberapa lama lagi Indonesia akan dihantam tsunami resesi global. Namun anehnya, penempatan PMI tidak diperkencang.(*).
Posting Komentar