Beritacendana.com- Ende,- Puisi ini ditulis oleh Alfons Tamonob di Tanah Rantau Ende yang di Kenal dengan Danau Tiga Warna.
Ibu
Ibu.
Dekapanmu yang bertubi-tubi
Menenun imaji
Berbagi doa pada titipan sunyi
Hingga lamunan terbatas nyali
Tertebus eja pada dinding memori.
Dekapanmu yang bertubi-tubi
Menenun imaji
Berbagi doa pada titipan sunyi
Hingga lamunan terbatas nyali
Tertebus eja pada dinding memori.
Ibu.
Alunan doa lebur lewat waktu
Jelajahi seluruh gunda
Menjadi titipan rindu
Pujaan mengalun melodi cinta.
Alunan doa lebur lewat waktu
Jelajahi seluruh gunda
Menjadi titipan rindu
Pujaan mengalun melodi cinta.
Ende, 2020
....
MENGADU, MERAYU
Nadi tak lagi berdenyut terasa
Bela sudah tiada lagi dia bisa
Memuncak amarah lalu sesak di dada
Air mata berurai tiada henti meski dicoba
Bela sudah tiada lagi dia bisa
Memuncak amarah lalu sesak di dada
Air mata berurai tiada henti meski dicoba
Kala itu kali ke dua ia diberi rasa
Benih suci kiriman dari taman surga
Pun telah lama ia minta dan Samba
Rapuh jatuh luruh dari rahimnya
Benih suci kiriman dari taman surga
Pun telah lama ia minta dan Samba
Rapuh jatuh luruh dari rahimnya
Bukan hanya diam menyerah lalu pasrah
Mencoba melawan takdir dengan gagah
Meski mengucur keringat air mata darah
Ia lalui demi hari yang akan menjadi sejarah
Pada sepertiga malam ia mengadu
Tertunduk tertutup sendu merindu
Lembut lirih merendah dalam rayu
Tertunduk tertutup sendu merindu
Lembut lirih merendah dalam rayu
Tuhan.
Bilakah ada kesempatanku menjadi ibu?
Ende, 2020
Puisi-puisi: Alfons Tamonob
Tinggal di Ende.
Tinggal di Ende.
Posting Komentar